
Keberadaan seni pada institusi pendidikan di Indonesia belum memasuki tahap pokok. Sampai saat ini, aktivitas seni di sekolah maupun perguruan tinggi masih dianggap sebagai kegiatan sampingan yang bukan merupakan prioritas utama pengembangan pendidikan.
Guru Besar FBS UNY, Prof. Dr. Suminto A Sayuti mengungkapkan, seni hingga saat ini belum bisa menjadi “nasi” bagi sebagian masyarakat. Padahal, tanpa seni dan budaya hidup terasa hambar dan Indonesia tidak akan dikenal secara internasional.
"Di dunia pendidikan misalnya, sebuah kampus tanpa seni ibaratnya adalah kebun binatang. Ini merupakan bukti bahwa seharusnya kebutuhan akan berekspresi dan berkesenian semakin tinggi. Sayang sekali keberadaan seni di Indonesia belum memasuki tahap pokok dan masih dianggap sampingan," ujarnya.
Menurutnya, pendidikan tinggi seni di Indonesia masih belum sepenuhnya memperhatikan lulusan yang dipersiapkan untuk menjadi pengkaji, pengelola, penyaji, dan guru seni. Pilihan paradigma tersebut memang bukan merupakan kesalahan, namun bisa mengakibatkan pelaksanaan pendidikan seni menjadi kurang atau tidak komprehensif.
"Ini karena taksonomi ilmu-ilmu seni dan aspek metodiknya berada dalam posisi yang tidak seimbang. Karena selama ini, penyelenggaraan pendidikan tinggi seni di Indonesia, baik LPTK maupun non LPTK cenderung menggunakan paradigma yang berorientasi pada kesenimanan," katanya.
Dituturkan, untuk mencapai proses pendidikan yang komprehensif, hubungan antara kompetensi dan materi pembelajaran atau taksonomi ilmu-ilmu seni serta metode pembelajaran, harus menempati porsi yang seimbang. Pasalnya, ketidakseimbangan porsi tersebut mengakibatkan pendidikan seni cenderung mengedepankan sifat monokultural.
Salah satu akibat yang mudah diamati, lanjutnya, adalah munculnya polarisasi antara seni modern barat dan seni tradisi etnik sebagai orientasi utamanya. Dimana interaksi keduanya belum muncul sepenuhnya dalam penyelenggaraan pendidikan seni di Indonesia. Pendidikan seni tradisi etnik kurang mengenal perkembangan mutakhir seni modern.
"Situasi ini pada akhirnya menyebabkan kurangnya perhatian terhadap pengembangan ilmu-ilmu seni tradisi etnik di Indonesia, sehingga kesejajaran mutu ilmiah antara seni modern dan seni etnik belum juga tercapai hingga saat ini," tandasnya. (Ran)
Sumber : http://www.krjogja.com/news/detail/108549/Seni.Belum.Jadi.Prioritas.Pendidikan.html